Vihara Mahavira Graha Semarang mulai dibangun pada tahun
2000. Suasana krisis moneter yang melanda dunia pada tahun 1998 membuat
perekonomian dunia menjadi menurun, hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak
bank di Indonesia menjadi bangrut. Saat pemerintah mengadakan lelang terhadap property
dan bangunan bank yang bangkrut tersebut, akhirnya pengurus Bagian Perencanaan
Usaha dari Vihara Mahavira Graha Pusat memutuskan untuk membeli bangunan Bank
yang terletak dikota Semarang untuk kemudian dipugar menjadi sebuah Vihara.
Dimasa ribuan tahun lampau di Jawa Tengah sudah berdiri banyak Candi-candi dan
bangunan peninggalan Buddhis lainnya. Pemimpin Vihara berharap melalui adanya
sebuah Vihara dapat mendorong perkembangan pendidikan didaerah setempat, yang
juga akhirnya mampu membantu penduduk setempat untuk mempelajari Buddha Dharma.
Pada tahun 2001 diadakan pemugaran bangunan, kemudian pada tahun 2003 bersamaan
dengan diadakannya rapat besar WBSC (World Buddhist Sangha Council) di
Indonesia yang mengundang lebih dari 180 bhiksu dari mancanegara dengan
berbagai macam sekte. Kemudian berkumpulnya lebih dari 180 orang bhiksu dari 3
sekte itulah yang memimpin Penempatan rupang dan Pembukaan Sinar Pratima dari
Vihara Mahavira Graha Semarang tersebut.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah dan Menteri Agama
yang memimpin peresmian penggunaan gedung diikuti dengan prosesi pengguntingan
Pita yang dipimpin oleh Presiden WBSC.
VMGS berdiri diatas tanah dengan keliling 16.888 meter,
menghadap ke utara dengan background pegunungan yang menghadap lautan. Keseluruhan
bangunan terdiri dari enam lantai, dengan setiap tingkatan lantainya memiliki
luas mencapai 1500 m2. Lantai pertama sebagai Aula Mahakaruna
Dharmasala, dengan memuja sebuah rupang Sahassa Bhuja Sahassa Netra
Avalokitesvara (Avalokitesvara bertangan dan mata seribu) yang mempunyai tinggi
tubuh mencapai 6 meter yang terbuat dari kayu dengan tinggi sinar aura tubuhnya
mencapai 8 meter yang terbuat dari ukiran tembaga. Aula Mahakaruna dikelilingi
oleh 33 buah rupang Avalokitesvara yang terbuat dari batu Granit, setiap rupang
tersebut memiliki tinggi 2.6 meter yang semuanya merupakan bentuk penjelmaan
tubuh dari Avalokitesvara yang terdapat didalam Sutra Saddharmapundarika bab
ke-25 yang menceritakan pelatihan diri Avalokitesvara dalam menolong
makhluk-makhluk dienam kehidupan menderita, dengan kekuatan pelatihan diri
Avalokitesvara berubah bentuk tubuh menjadi sebagaimana makhluk-makhluk
membutuhkan pertolongannya. Tingkat ke-2 dibangun guna memperingati kebaikan
dari wakil Sangharaja Thailand, didalam
Aula tersebut dipersembahkan 3 buah rupang Buddha dan 6 buah rupang murid
Buddha dalam posisi berdiri yang semuanya terbuat dari tembaga, disamping dari
aula terdapat sebuah perpustakaan dengan ruang kelas sebagai tempat pelatihan
pendidikan Buddhis. Lantai tingkat 3,4 dan 5 adalah kamar tamu yang menghadap
kepegunungan, ruangan meeting, Ruang Sarira, Museum benda Buddhis dan
sebagainya. Tingkat teratas adalah Aula Lazuardi yang memuja Buddha
Bhaisajyaguru dengan delapan mahaBodhisattva, aula dikelilingi oleh 12 rupang
Bodhisattva agung yang terbuat dari kayu cendana dengan 12 rupang panglima
Yaksa dan pelindung Dharma.
Sampai saat ini Vihara Mahavira Graha Semarang sudah membuka kelas
pelatihan Buddhis bagi para penduduk setempat, terhitung sudah lebih dari 50
murid dari Sekolah Menengah dan Universitas yang mengikuti pelatihan tersebut. Setiap
minggu diadakan kebaktian umum, sekolah minggu dan muda-mudi serta perkumpulan
diskusi para Dharma wanita dan berbagai kegiatan lainnya. Mahavira Graha
Semarang mengemban pegangan :
-
Mendidik
calon-calon Dharmaduta (Sangha)
-
Melatih
diri dan membantu sesama
-
Mensucikan
hati dan pikiran dari umat Buddha
-
Bersama-sama
melatih diri menuju kesucian.
No comments:
Post a Comment